Kamis, 09 Februari 2017

Semoga Kamu Selalu Bahagia

By: Halallan


Seandainya embun itu cinta dan dedaunan adalah rindu,maka engkau adalah pagi yang memilikinya.

Air kemricik di ujung daun, mengurai sepi malam menjadi serpihan cinta yang harus kukumpulkan untuk esok hari.

Berbisiklah, dan biar kudengar. Suaramu malam, wajahmu siang. Dan cinta kita adalah senja yang abadi.

Hujan yang kering, panas yang basah.

Rindu yang membalik musim.

Jahat tak selalu hitam, suci tak selalu putih. Cinta adalah kelabu yang merona.
Rinduku adalah ombak yang tak pernah sampai ke bibir pantai. Hanya melandai, dan pergi lagi.

Seteguk pagi yang gelap, mendahaga sesiang nanti. Seperti rembulan yang gagap, saat bersiap terganti matahari.

Mengalunkan lagu hidup dengan seruling kesadaran,mengatur irama dengan genderang keimanan,hasilkan nada merdu hingga akhir lagu.

Pagi biru luruh terseduh oleh hujan. Genang air menjadi tuan, cerah menghamba pada hilang. Rindu melepas diri, bebaskan rasa.

Kau adalah senja yang tertunda, siang yang terlambat. Tak ada waktu yang memihakmu. Kau adalah rindu….

Sepi menulis dirinya dalam rangkaian kata.Rindu menggelar permadani beludru.Kusimak rindu dan sepi terbang menuju langit ke tujuh.

Aku dan kau adalah seia.Ia adalah sekata, kata CINTA.

Cinta tak pernah mengenal alasan, karena keabadian tak pernah mempertemukan mereka.

Seikat pelangi tlah kutitipkan pada awan setelah hujan, agar engkau tahu cintaku masih berwarna.

Malam menguak sunyi yang bergema. Gema yang berakhir saat rindu tak lagi bersuara.

Suntinglah luka, agar kau layak mendampingi cinta dalam keabadiannya.

Airmata pembersih luka, mengalirlah sesaat, sebelum dia membuka mata dan memisahkan kita.

Jangan berlinang di mimpiku. Mengalirlah saja di tepi kesedihanmu sendiri.

Merayakan luka tak bernama, bersama rindu yang pulang berkelana. Kami berpesta, bergembira.

Rindu bukan nestapa. Ia hanya cinta yang memelihara jarak dan waktunya.

Dendam mengirim luka pada keabadian, mengubur maaf di lubang terdalam. Tuhan tidak demikian.

Mengutip sebait rindu. Membaca cinta walau tak seutuhnya. Sekedar cinta… Sekedar rindu.

Kulipat rindu, kusimpan rapi di saku baju, agar kau tak lagi menunggu datangku.

Diamlah kau sepi! Agar ku bisa nikmati keriuhan hati. Diamlah kau rindu! Agar cintaku tak lagi sendu.

Gelap dan senyap. Hening namun menatap. Pada siang yang akan membunuhnya sebentar lagi.

Cinta tulus mengetuk pintu hatimu. Kadang wajahnya tak meyakinkan. Namun bukankah kau juga belum pernah bertemu Tuhan?

‘Bawalah sahabatku kemari. Aku tak ingin sendiri bersamamu. Dahagaku tak terpuaskan airmata", pinta Luka pada Cinta.

Satu tegukan saja, memusnahkan rindu. Satu kecupan saja, agar kopi tak tersisa di bibirmu.

Airmata terisak lirih. Ia tak mau luruh. Hanya ingin menjadi seluruh yang kau rengkuh.

Ada yang ditanam, namun bukan cinta. Disemai, tapi bukan rindu. Hanya kenangan yang menjelma luka.

Cukuplah aku menjagamu dalam kenangan. Kenyataan hanya berlinang kebimbangan. Aku hanya hamba sahaya cinta,tak bernama.

Ah, sepi ini riuh. Aku mendengar sayup bisikanmu di sela airmata yang berlinang di tepi kesedihan.

Biarlah kenangan mengalir dan pergi bersama doa-doa dan airmata. Dan luka menyembuhkan dirinya dengan cinta.

Bahkan saat gelap tak mampu melihat, siang bersinar sekelebat, Engkau adalah empunya waktu yang menggenggam semesta.

Pada tebing kenistaan Kau siap merengkuh aku yang mengaduh. Pada hitam Kau membuatnya tak lagi kelam.

Tulang rusuk yg hilang akan menemukan tempatnya lagi. Hingga kematian memisahkannya menjadi tanah yang basah oleh airmataNya.

Maha dingin malam yang disucikan oleh airmata.

Sirna luka, sirna kamu. Bukan itu. Selebihnya hanya doa pada empunya cinta.

Ada yang hilang dari pandang. Musnah membuat resah. Terlempar pada masa kala …

Seperti ombak, rindu datang dan pergi. Akan menetap di pantai saatnya nanti, ketika cakrawala menyapa tepi.

Ada duka di dua mata. Ada dua hati di tepian rindu, menanti ombak yang entah kemana.

'cinta apa adanya’ menunda airmata hingga masanya benar2 tiba.

Apa lagi yg hrs kubaca, ketika 5 huruf itu tak ada di hatimu.

Kuambil sejumput kisah. Telan saja, hingga waktu yang akan menceritakannya.

Dingin itu diam, dan kamu.

Sudahlah, kau pergi saja. Tinggalkan kesepian bersamaku.

Mengasihi cukuplah sekali. Jangan menimang kesepian dalam sunyi.

Cinta itu sejatinya diri sendiri, jangan mengadu pada nasib yang mengebiri :)

Sebaris kata meretas hati. Ada kosong meluruh sendu, saat rindu menghampiri.

Kapan bersua asa? Sekarang atau saat bulan menelan semesta? Ah, ini hanya tanya tak berguna.

Kau dimana? Tak ada di peluh dan deru nafasku. Tersisa ciuman yang berdebu. Kurawat saja hingga kau kembali.

Jarak merangkak pelan dan berlari, jauh hingga ujung sunyi. Ada riuh disini, dan kau takkan peduli.

Airmata ingkari janjinya. Bersumpah tak akan datang sebelum cinta berdamai dengan luka.

Seperti engkau bayang-bayang itu. Kepergianmu adalah matahari tenggelam.

Seluruh waktuku kan mengantarmu pada keabadian yang sempurna. Luka memperindahnya, airmata menyuburkannya.

Selamat pagi kenangan2 yang memenjarakan keabadian …

Rindu sedang bersolek. Ah, andai dia tak secantik itu.

Ada siang bergumam, membawaku pada kenangan yang menunggu di ujung jalan.

Rembulan kecil, lebih temaram dari kunang, lebih terang dari matahari. Itu kamu.

Membongkar rindu diantara puing-puing kenangan. Menyakitkan.

Pulang pada keabadian, yang dahulu pernah menjemput airmata.

Itu bukan kesedihan. Hanya airmata yang sedang berpesta, dan luka yang menyembuhkan dirinya :(

Menulis kisah hidup dengan perlahan. Sayang, tinta tak selalu hitam dan kertas tak melulu putih.

Diam adalah doa terdalam.

Cinta tidak berpihak. Ia memilih jalannya sendiri. Manusia hanya jalan berkelok yang dilaluinya.

Bolehkah aku meminjam senyummu? Sejenak saja, agar mimpi nanti malam menemukan keindahannya.

Boleh kupinjam sedihmu sejenak saja? Agar cinta tak berpaling meninggalkan kita.

Akan ada yang melupakan, dilupakan. Tak ada lagi jejak kecupan. Hanya kenangan tak bertuan.

Cinta itu seperti cakrawala, ada dan tak tersentuh. Namun ia mampu membatasi luas langit dan samudera.

Ada yang tertinggal dari senyummu, kegetiran luka yang tercabut nyawanya.

Sekecup pun tak ada. Hanya patah yang mengada. Biarlah. Hati bisa mengobati dirinya sendiri.

Engkau yang terbelenggu ingatan, usah lara pada rindu. Ia tlah pergi membawa kenanganmu.

Ada selaksa makna dalam perjumpaan dan perpisahan. Ambillah, jadikan indahnya kenangan.

Bersiaplah untuk dilupakan, karena kadang kenangan itu suka lupa ingatan.

Luka dan airmata terwujud dalam kecup perpisahan. Indah, namun sakit adanya …

Seuntai kenangan teronggok di ujung gang, gelap. Dan engkau terlelap menggenggam luka yang tergenang airmata. Buang saja!

Sekalah air di matamu, agar masa lalu menjadi debu yang tak mengganggu. Senyumlah pada saat ini, yang sudah lama.

Kenang, kenangkan saja. Cinta tak akan bertambah tua. Demikian juga rindu yang menidurkannya.

Kehilangan kamu, karena cinta memihak pada keabadian yang menunggumu dan dirinya.

Ada cemburu saat cinta lebih menyayangi airmata daripada memeluk bahagia.

Sepi menusuk perlahan. Sepenggal kisah tertulis pada luka, yang kau toreh saat menghilang dari pandang.

Aku milikmu. Ah, itu mauku. Cinta mengelabuimu dengan cemburu.

Cinta seutuhnya adalah merelakan saat luka mengambil haknya, airmata membasuhnya, dan diam menjadi tuannya.

Memujamu dengan kata adalah percuma. Biarkan cinta menyatakan diri dengan caranya.

Menangislah ketika cinta datang,agar saat dia pergi,airmatamu telah mengering untuk sebuah perpisahan,dan tersisa senyuman.

Perpisahan hanyalah sementara. Namun kenangannya abadi di setiap hela napas dan pelukan.

Bukan hanya Tuhan, cintapun sejatinya tak perlu dibela. Cinta tak pernah tersakiti dan menyakiti. Ia hanya abadi.

Ada senyap terkurung rindu. Hilang rasa terbang kemana, berharap suatu saat akan fana.

Kuikat rinduku pada pelangi. Agar ia datang saat musim hujan nanti, ketika dingin merambah hati.

Simpan kataku ini, akan ada cium perpisahan suatu saat nanti. Kamu dan aku bersatu dalam kenangan abadi.

Biarkan lembayung pergi, toh esok dia akan datang lagi. Tp jgn biarkan rindu pergi, krn cinta akan mengiringi.

Rindu menepi sejenak.Serentang cakrawala telah ditempuh untuk menemui kau yang berjarak. Dan aku tetap disini, tak bergerak.

Luka tak mengenal musim. Demikian juga airmata. Entah saat ini, atau nanti.

Biarkan luka itu menganga, agar cinta bisa tinggal didalamnya dan menampung airmata.

Sampaikan salamku pada perpisahan. Rindu tlah kupeluk erat. Hanya untuk sejengkal malam …

Ada senyum tertinggal di kenangan. Kisahnya senyata perpisahan, sefana keabadian …

Rindu berpijak pada bumi, mendoakan cinta yg tlah mati. Satu nama, satu cinta, satu hati.

Cinta, luka, bahagia, airmata, dan kamu.

Mencintaimu, seperti rasa kehilangan yang tertunda …

Sudah siapkah engkau menghadapi luka dan kenangan? Bertanyalah pada cinta, ia akan menjawabnya.

Ah, senja tlah pergi, seperti rindu yang tlah lama suri. Cinta menunggu hingga dini hari …

Sudah saatnya rindu ini pergi, membias lepas menjadi kenangan yang akan mendewasakan

Dan lembar kenangan ini kututup saja agar engkau tak kembali menjelma airmata

Cinta yang memilihmu dan dia. Bukan kamu dan dia yang bersekutu memilih cinta.

Engkau rebah di bahuku karena kenangan bangun dari tidurnya. Dan airmata membasah resah karena luka tak kunjung mengering

Merindu rindu yang pergi. Mengenang kenangan yang terpelanting ke masa kelam. Diam …

Menuju keindahan sesaat, senja yang bertahta sejenak. Tidak lebih lama dari ciuman dan kenangan abadi.

Boleh boros muka, tapi jangan boros hati. Boleh boros rindu, tapi jangan boros luka. Berhematlah dengan cinta

Berpalinglah pada kenangan, kau hanya temukan airmata tergenang. Tatap saja rindu yang didepanmu dan katakan 'I love you’.

Menyapa pagi dan kamu, yang menjadi kenangan dalam sebingkai kecupan perpisahan …

Mendoakan rindu saat malam mulai berdebu. Agar esok pagi sirna menjelma cinta …

Kutitip doa pada hembusan angin. Bisikkan padanya, bahwa kenanganku tak beranjak pergi.

Apa yang kudapat dari dirimu? Hanya sepotong kecil rindu yang bertumbuh tiap waktu

Kucium kenangan saja. Ia lebih nyata. Ada, dan disini …

Seribu jarak tubuh, sejengkal hati saling merengkuh.

Kumatikan saja lampunya, agar cermin tak lagi melihatku. Tapi,… Dimana engkau? Bayanganmupun tak beranjak dari kegelapan

Rindu berlinang airmata. Ia tak mau sepi selalu menjadi akhir kisahnya.

Kau menyesatkanku di labirin kenangan. Entah dimana ujungnya, cinta atau rindu?

Ini kamu atau kenangan? Kenapa melayang-layang di pikiran?

Jangan menyapa rindu yang sedang sendu. Kenangan dan luka sedang beradu, siapa sepahit empedu.

Dulu dan masa depan adalah saat ini yg sdg meraba kenangan dan memprediksi keabadiannya

Kau yang di timur, andai senja bisa kugeser ke sana, agar bisa menikmati keindahanmu juga …

Kenangan merajut kisahnya sendiri. Rindu menyerupai perca yang terbuang disini. Aku? Seonggok sampah yang tertumpah.

Ciumanmu itu abadi. Masih ada rasa yang tertinggal disini. Walau pelukmu bukan milikku lagi.

Biarlah cinta menemukanmu, agar ia tak sendiri dalam keabadiannya. Akupun begitu ….

“Kamu bodoh!” | “Tidak. Aku tidak bodoh! Aku hanya mencintaimu!”

Kesempurnaan cinta adalah saat kamu bisa menyayanginya dengan airmata dan membencinya dengan senyuman

Selamat malam kenangan. Tidur dan istirahatlah. Agar esok pagi kau bisa bangunkan rindu dari tidurnya

Tumpahkan saja kopi itu. Biarkan mengering. Suatu saat kan kukenang menjadi sebuah perjumpaan.

Aku tetesan lilin diujung asbak.Pernah melihatmu dalam temaram apinya. Jangan menoleh lagi. Aku tak mampu membakarnya lagi.

Dua exelso itu hanya terdiam. Kau yang memesannya. Membiarkan kopi menelan kepahitannya sendiri, itu maksudmu?

Seperti sudah saatnya, melepasmu menjadi kenangan. Agar abadi dan menjadi luka tersembuhkan

Diammu menjelma kenangan. Matamu adalah kisah. Dan kasihmu menjadi pelukan terabadikan.

Ada pelangi pada sebuah pelukan perpisahan. Walau warnanya tak seindah ciuman pada saat perjumpaan

Hujan dan airmata. Kecupan dan pelukan. Bukan, itu hanya pelangi yang menampakkan dirinya setelah hujan.

Ada tangis sebelum tawa, ada tawa sebelum tangis. Dan diantaranya adalah cinta.

Mencintaimu dengan segala kenangan yang kau tinggalkan disini, walau kau tak bersamaku lagi. Kenangan adalah saat ini.

Cintai aku dlm kenangan dan perpisahan, agar engkau lebih menghargai arti pertemuan dan kenyataan.

Ada rindu yg kau ciptakan. Menjelma luka tak bernama. Sepi ini adalah kamu yang disana.

Kadang, diam adalah kegalauan yang sempurna, dan bisikan adalah rindu yang merana

Memungut rindu yang terselip diantara seonggok cinta dan kenangan yang tlah usang
Aku memelukmu dalam kisah2 yang teruntai. Dan aku melepasmu seperti kenangan yang tercerai menjadi kepingan
Gantilah ingatan tentang airmata menjadi senyuman, agar kenangan-kenangan usang lebih layak diingat dan diperjuangkan
Merayakan cinta bersama luka tanpa nama, yang tak pernah malu menunjukkan wajahnya lewat rindu maupun kenangan
Malam yang sama, cintanya juga. Hanya kenangan saja yang berbeda. Bukan kamu yang disini, tapi ciuman lama yang menyepi
Seperti kuncup mawar yang jatuh ke tanah, sesat sesaat pada diam yang menjajah. Antara ketiadaan yang menjelma dalam penderitaan
Ada diri menyendiri. Ada riuh membunuh diri. Entah mana yang berpihak pada kini
Menangis dan berharap pada tawa, agar ia datang lagi. Riang yang menantang kelam menjadi malam berbintang
Menjauh saja,…menjauh. Airmata ini telah berpeluh, penuh keluh, mengaduh
Bungkam kegaduhan ini. Sesaat mengubah hati menjadi pisau belati, mengiris pedih yang telah mendidih. Tuhan sedih, aku sedih, ketiadaanpun
Sampai hati ini meredam remah yang marah. Sampai nanti marah akan menjadi remah. Dan sampai kini marah pada ramah
Aku menujumu dengan rindu. Memujamu dengan sendu. Mencintaimu dengan lukaku
Selamat malam kisah2 yg sdg menceritakan dirinya sendiri melalui kenangan tentang perjumpaan
Menantimu, hingga tiba pada waktu saat rindu lelah menunggu, dan cinta yang memelukku
Berkawanlah dgn kesedihan agar kita tau betapa erat persahabatan kita dgn kebahagiaan
Lebih baik mencintaimu dalam kenangan, daripada menyakitimu dalam kenyataan
Biarlah dia yang mencintaimu. Aku akan mengenangmu saja, karena aku tak mampu merasakan rasa kehilangan itu
Apapun yang terjadi, setiap malam mempunyai kenangannya.Bahkan saat kamu sendirian memeluk rindu yang dia tinggalkan untukmu
Malam inipun. Malam kemarinpun. Saat inipun. Kenanganpun. Pun itu tanpa kamu
Kesedihan adalah cara cinta menyayangimu dengan ketabahan
Kamu seperti hujan, datang seketika, mendinginkan, dan kemudian hilang menjelma pelangi
Pada malam aku bergumam, meramaikan sepi yang ditinggalkan kenangan. Kedamaian yang menyakitkan
Kau ingin memanjakanku dengan kenangan, walau sebenarnya sama saja dengan kau membunuhku dengan perlahan
Berdiam sejenak. Menghapus perlahan. Biarkan mereka berjalan, tanpa harus melambaikan tangan yang menghamba perpisahan
Tak usah sembunyikan luka karena kenangan, Toh ia akan muncul nanti, saat rindu melumat waktu
Biarlah kesedihanmu menjadi milikku. Dan itulah kebahagiaanku …
Kadang cinta mampu membiaskan kenyataan menjadi tempias-tempias kecil air hujan yang hilang bersama embun
Aku merabamu dalam luka. Menciummu dengan kenangan. Memelukmu bersama airmata. Kamu, yang tak pernah ada…
Kebahagiaan, seperti cinta yang entah. Kadang nampak dan kita tak menyadarinya, dan saat menghilang kita mencarinya
Saat yang melesat, diam yang bergumam. Ketiadaan mendandani dirinya dan nampak cantik malam ini
Terkesiap, sepi meratap. Menjadi diam yang mencumbu dirinya sendiri. Menjadi gaduh yang memanipulasi peluh
“Tak perlu melukai diri. Luka akan datang dengan indah pada waktunya. Dan sejatinya aku ada disitu.” Kata Cinta ….
Sesaat mengagumimu dalam keindahan, sedetik kemudian kau menjelma menjadi ketabahan dalam ciuman perpisahan
Aku ingin menyapih kesedihan. Membiarkan ia mencari airmatanya sendiri, bukan mengambil dariku
Rasakan saja, marahkan saja, sedihkan saja. Jangan dilawan. Toh suatu saat akan menjadi kenangan
Kekasih itu puisi. Rasa bersembunyi di balik kata. Hingga kamus manapun tak mampu mengartikannya
Dan kenangan mulai berbisik di ujung telinga : “Sampaikan salamku pada kesedihan yang menjemputmu.”
Kenangan menjadi abadi, karena ada saat ini yang menemani
Menghapusmu dari ingatan, mengingatmu dalam kenangan, seperti senja biasa yang kehilangan warna lembayungnya
Cinta bukan kata, namun ruh pada napas dan nadi kita. Bagaimana kita mencinta? Tanyakan pada tarikan dan hembusan napas kita
Bolehkah ku bersamamu sejenak saja dalam sebuah kenangan? Agar aku tak merasakan perpisahan
Riuh dada saat kita membisu, terpisah jarak waktu. Cintalah yang memelihara jarak dan waktunya, menjadi rindu ini sayangku
Melukaimu bukan inginku. Tapi saat ego menipu ia bisa mengubah rindu menjadi sendu
Luka2 hatimu karena aku. Dan kau pergi menyembuhkannya, bukan kepadaku. Tak apalah, aku kalah
Ada diam berbisik tentang cinta. Tak kudengar apa katanya, tapi bisa kurasa. Mungkin memang itulah cinta, diam namun terasa
Sebutir pasir tertinggal di ujung cakrawala. Batas laut tak tertaut. Cinta sedang memaknai kesendiriannya
Tenanglah…tenang. Pada diam aku berkawan, bersama sunyi aku bernyanyi. Senyaplah…senyap…
Luka semi jelang pagi. Siang sembuhkannya dengan mentari. Rembulan torehkan kuasanya lagi, saat malam terkoyak dendam
Ada airmata diantara bingar kebahagiaan. Ada senyum disela kesedihan. Kadang begitulah cinta mewujudkan dirinya
Mencintaimu. Melukaimu. Memaafkanmu. Merindukanmu. Melepasmu, malamku dan malammu
Memelukmu dengan airmata tanpa berkata-kata, dan kaupun tahu saat itu cinta yang sedang bicara
Kadang cinta hadir sekejap saja. Yang tersisa hanya rindu, luka, dan kenangan menggantung di pelupuk mata
Engkau seperti puisi tanpa tanda baca, sepi. Takkan berarti tanpa ucap yang bernyanyi
Hujan bukan kesedihan. Ia hanya menemani kesendirian yang entah sedang merasakan apa….
Jangan biarkan ruang kesedihan terisi. Mengosongkannya adalah hidup yang dimaksudkan Tuhan sejak kesedihan dicipta
Pada luka, rindu, dan kenangan. Dari cinta yang menjadi awal segalanya
Aku hanyalah kepingan kisahmu yang tersudut oleh kenangan. Selesaikan ceritamu, dan hapuslah aku
Tuhan pny 1 alasan utk mencintai manusia,yaitu cinta.Manusia pny 100 alasan utk cintai pasangannya,100 alasan itu pula yg hancurkan cintanya
Rinduku padaMu adalah ombak yang tak pernah sampai ke bibir pantai. Hanya melandai, dan pergi lagi
Berbisiklah, biar kudengar. Suaramu malam, wajahmu siang. Dan cinta kita adalah senja yang abadi
Seandainya embun itu cinta dan dedaunan adalah rindu,maka engkau adalah pagi yang memilikinya
Cinta tak pernah mengenal alasan, karena keabadian tak pernah mempertemukan mereka
Selipkan sebaris puisi dlm doamu,agar Tuhan tahu bhw manusia msh pny rasa.Selipkan doa dlm puisimu,agar manusia tahu kamu msh beriman
Suntinglah luka, agar kau layak mendampingi cinta dalam keabadiannya
Aku menemukanmu, telah menjadi butiran airmata. Keindahan yang tak mau lagi bertemu …
Aku belajar dari keberadaan senja. Sepenggal waktu ia datang, namun kenangannya menjelma keabadian
Kutitipkan rinduku pada pelangi setelah hujan pergi. Agar kau tau bahwa aku masih punya hati …
Membuang rasa 'entah mengapa’ yang mengapung sejak semalam. Menanam nestapa, menyuburkan cinta yang papa
Kubungkam baris dan kata. Biarkan saja membisu. Toh ini hanya rindu yang semu
Rindu yang compang-camping. Ia tak sempat berdandan. Kenangan mengajak pergi menuju peraduan keabadian
Kubergumam pada malam, ah andai senja berumur panjang, seperti cinta yang tak pernah terbenam…
Siapa yg mengambil kopiku sore ini? Mungkin senja kelabu atau rindu yang membeku? Entahlah…
Dalam cinta ada kesedihan dan kebahagiaan, diantara keduanya adalah ketabahan
Jangan menyerah pada amarah, yang akan membirukan harumu dan menumpahkan airmatamu
Ada yang tersisa dari kecupan semalam, rasa berakhir yang tak berkesudahan
Mencintaimu adalah membahagiakan dirimu dengan kesedihan-kesedihanku
Sehingga yang terdalam hanyalah cinta yang tak terungkapkan
Mencintai dan dicintai adalah sebab akibat. Selebihnya, Tuhan yang terlibat
Ada kemarau pada saat bahagia, ada hujan saat rindu terdiam. Ada bahagia saat luka menjelma cinta
Sejauh-jauh ia pergi, seluka apapun itu, kenangannya masih tertinggal disini
Malam ini terlalu sunyi. Bahkan lebih senyap dari diam yang menyendiri
Hujan menitik, memantik rindu yang makin lentik
Tukar saja kenanganku dengan mimpimu. Seperti senja yang menukar pelangi dengan kegelapan
Yang kaukira kesedihan sebenarnya hanyalah airmata yang merindu pelukan
Cinta akan menjadi dewasa saat ada airmata kesedihan yg menetes dari senyum kebahagiaan dan akan memupuknya perlahan
Kamu di seberang mengirim pesan, tentang rindu yang makin kerontang. Aku disini, bersembunyi bersama kenangan
Senja berkabung. Tak ada teduh matamu saat kemunculannya….
Ada yang tertinggal disini, cerita tentang cinta yang telah menemukan akhirnya. Sebuah perpisahan
Biarlah pujangga yang merangkai kata, itu pekerjaannya. Aku menikmati cinta saja, tanpa kata-kata
Pagi ini seujung doa tentang perpisahan, siang nanti sebaris puisi tentang kenangan, dan malam adalah rindu yang tertahan
Ada cinta di setiap tangisan. Cinta yang mendewasakan setiap tetes airmata. Semoga airmata bahagia pada akhirnya
Jangan menyalahkan lembayung senja yang kau basahi airmata. Diam saja, dan bungkam kenanganmu
Selamat pagi hati yang menyendiri. Ketika sepi tak mampu memahami yang terjadi
Senja sekilas, namun indahnya membekas. Seperti ciuman2 yang tertinggal dalam kenangan
Mencintai itu tanpa berharap, namun bersiap menghadapi airmata yang meratap
Pada kesendirian aku berbisik, tentang hati yang terusik oleh sepi yang terlalu berisik…
Andai hujan adalah kamu, akan kubuang semua payung yg selama ini menghindarkanku dari derasnya
Entah kau menamakan apa kejanggalan rasa ini, tapi aku menamainya cinta
Rindu hanyalah alasan, dan kenangan menjadi pembenaran
Hujan rintik mengiba pada cinta, ingin dideraskan lagi, agar melunturkan rindu di pinggir kenangan yg tak mau pergi
Hanya seperti malam-malam sebelumnya, dan sesudahnya. Saat bayangmu tak menghilang, bahkan setelah lampu kumatikan
Pada seribu luka, kau menemukan satu cinta. Pada satu kenangan, kau akan bertemu seribu cinta. Sama pedihnya
Aku melepas rindu pada kenangan yang tlah lama menunggu sejak luka datang memeluk cinta
Senyuman perpisahan itu jauh lebih menyakitkan daripada tangisan perjumpaan
Kenangan memenjarakan rindu yg berjeruji luka dan airmata. Sementara cinta menunggu dgn setia di luar sana
Ada yg menyelinap, memenuhi malam dgn keinginan2 ttg keindahan dalam ketiadaan. Itu kamu
Pd yg Ia ciptakan dan disebut malam. Pada pagi yg akan mengepungnya sebentar lagi. Pada kamu yg diam dan merindu. Aku kelu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar