Kamis, 09 Februari 2017

Twinkle-Twinkle Little Star (1)

*Misa Pove’s
Aku dan Doni berlari menuju kantor klien untuk suatu pertemuan, di suatu tempat di kota Bandung. Waktu telah menunjukkan pukul 13.30 WIB ketika kami berangkat dari hotel tempat kami menginap. Terburu-buru mengejar waktu pertemuan tanpa sengaja aku menabrak seseorang, bahkan aku hampir mengucapkan ma’af tanpa menoleh sampai ketika orang yang kutabrak mengatakan sesuatu.
“Sepertinya aku mengenal
mu.”
Aku sedikit terkejut dan berbalik, aku mengamatinya dari atas ke bawah dengan wajah sedikit oval dengan dagu yang tidak terlalu runcing, kulitnya putih bersih namun punya kesan jika dia bukan orang yang berdiam diri di rumah saja. Alisnya cukup tebal dengan mata yang sedikit merah mungkin kurang tidur. Tingginya mungkin hampir 170 cm, dengan senyumnya yang mempesona.
“Ma’af, saya? Apa kita pernah bertemu?” tanyaku penasaran, aku pasti masih mengingat jika aku pernah bertemu dengan laki-laki seganteng ini.
“Memang belum, tapi aku mengenalmu.” Jawabnya pasti.
“Bagaimana kamu bisa mengenalku jika kita belum pernah bertemu?” aku seperti melihat sekilas bayangan ketika aku menanyakan pertanyaan itu. Dan ya, aku mengenalnya, tapi pertanyaan itu sudah terlanjur terlontar.
“Kamu melupakanku? Dulu kita setiap malam selalu telpon-telponan, bahkan aku bisa tidur nyenyak ketika kamu menyanyikan sebuah lagu.” Terangnya.
“Oh ya, aku tidak mengingatnya. Kapan tepatnya?” tanyaku lagi.
“Mis, kita udah terlambat. Ayo!” ajak Doni kepadaku, benar juga sudah hampir waktunya.
“Kamu tidak mengingatnya? Kamu selalu bertanya apa yang kulakukan hari itu, dan aku selalu menjawab dengan kata banyak, dan terkadang tidak menjelaskannya.” Dia menjelaskan dengan sedikit ada raut kecewa.
Ah, aku tidak punya waktu untuk melanjutkan keisenganku ini. Aku berjalan menghampirinya dan memeluknya, dia kaget dan hanya mematung. Aku melepaskan pelukanku dan mengeluarkan kartu nama, aku memberikannya dan berlalu pergi.
“Aku tidak ada waktu saat ini hubungi aku nanti.” Aku melangkah pergi tanpa menunggu jawabannya.
Aku tidak menyangka setelah sekian tahun aku mengharapkan bertemu dengannya, pertemuan seperti ini yang aku dapat. Ah, aku harus berlari untuk mencapai ruangan Pak Indra. Doni memandangiku dengan heran ketika aku hanya diam dan menyunggingkan senyum.
“Siapa dia? Kau mengatakan tidak kenal tapi tiba-tiba memeluknya.” Tanyanya penasaran.
“Awalnya aku benar-benar tidak mengenali, kami memang belum pernah bertemu jadi wajar jika aku tidak mengenalinya.” Sudah tiga tahun sejak itu, hm..

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar